Minggu, 31 Mei 2009

Miras Besotan Tomo Nikmat Membawa Maut



Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Sebuah ungkapan pribahasa hanya berlaku bagi Tomo, pemilik “warung maut”, sekaligus pembuat miras besotan, kena batunya.
Tak sebanding dengan materi yang dikumpulkan Tomo dari hasil penjualan miras, harus ditebus puluhan nyawa, akibat menenggak miras besotan produk Tomo. Beberapa kali kami mengkritisi Tomo juga Ketua Rt.08 Rw.09 Mg, di jalan Ciliwung, Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, di mana warung (warteg) Tomo menjual miras besotan, baik secara lisan maupun lewat pemberitaan di media (GN, edisi 30-31, Nopember 2008 dengan sub judul, Miras dan Prostitusi Merebak di Jalan Ciliwung), namun dengan kebohongan yang disandang ia selalu menepis persoalan miras. Katanya, ia tidak lagi memproduksi, tetapi fakta di lapangan warung Tomo tetap saja menjual miras besotan dengan kemasan plastik “beras”, ukuran 0,25 Kg, seharga Rp.7.000,-/kantong. Tidak ada merek ataupun lebel, yang ada aroma khas miras yang menyengat.
Bahkan Ketua Rt.08/09, Mg. Kelurahan Mintaragen, terkesan melindungai, sehingga timbul asumsi publik, ada apa dengan Mg.? Ini menjadi bom waktu, khususnya bagi pak Rt. Sebab Tomo sendiri kini dalam pengamanan pihak berwajib untuk dimintai keterangan terkait tragegi maut tersebut. Harapan masyarakat, Tomo akan “bernyanyi” tentang jaringan produk illegal miras di Tegal.. Kalau dia bungkam, resiko ditanggung sendiri di hotel prodeo, sambil berangan-angan naik haji yang gagal. Konon menurut kabar yang tersiar tahun ini Tomo dan keluarga akan menunaikan haji, namun sayang hasrat mulia itu harus tertunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan, lantaran tersandung miras besotan. Terlepas problematika manusia tentang rencana duniawinya. Tetapi Tuhan telah menunjukkan kebesaran-Nya dengan memberikan musibah, cobaan atau adzab bagi manusia lewat tragedi maut. Dan Tomo harus rela mengurungkan niat baiknya ke rumah Tuhan. Sesungguhnya rencana dan siksa Tuhan amat nyata dan pedih tak terperi.
Sial bagi Tomo, produk miras besotan pasca itu diduga salah meramu, sebab yang sudah-sudah berjalan lancar-lancar saja. Pasti ini ada yang tidak beres dalam pembuatan miras tersebut. Seperti informasi yang didapat BP, formula pembuatan miras besotan dalam satu paket produksi terdiri dari 20 liter etanol (alcohol) dan 60 liter air plus nanas yang dibusukkan (proses vermentasi) serta zat kimia (?), jadilah miras besotan produk Tomo. Diduga Tomo memproduksi cukup lama. Sehingga Tomo tak usah repot-repot memasarkan secara terang-terangan, cukup lewat warung miliknya (warteg) yang berfungsi seperti agen. Pembelinya pun kalangan tertentu, rata-rata masyarakat miskin dan membelinya pun sembunyi-sembunyi. Jadi keberadaan warung nasi tersebut formalitas saja, penghasilan pokoknya adalah miras besotan, konon omzetnya mencapai 2 jutaan. Wajar kalau Tomo menjadi mapan soal materi, sehingga dipertahankan keberadaannya, kendati banyak pihak yang menghendaki Tomo tutup. Ada yang sifatnya iri karena limpahan materinya, tetapi ada juga yang benar-benar tulus demi kemaslahatan. Ibarat anjing menggonggong, kafilah berlalu. Tomo tidak menggubris, karena ini menyangkut pundi-pundi uang yang diraup. Sehingga beberapa koleganya mengikuti jejak memproduksi miras besotan. Untuk itu sekali lagi, ibarat bom waktu, suatu waktu meledak, dan mereka para produsen tak bisa mengelak karena “biangkerok” telah diamankan pihak berwajib sambil terus “bernyanyi”. (rd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar